Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Letak
Indonesia sangat strategis yaitu diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia
dan Benua Australia, kemudian diapit oleh dua samudera yaitu Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia, kemudian Indonesia berada diantara dua
rangkaian pegunungan dunia yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Oleh sebab itu Indonesia dikenal sebagai negara yang banyak memiliki
gunung api di dunia.
Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik
Peta Gunung Api di Indonesia
Nah, dari sekian banyak gunung yang ada di Indonesia, setiap gunung di
Indonesia memiliki pemandangan yang menakjubkan dan terindah. Berikut 10
gunung dengan terindah di Indonesia :
1. Gunung Rinjani
Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau
Lombok,
Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan
gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m
dpl
serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan
gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya.
Gunung ini merupakan bagian dari
Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur.
Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah tiga kabupaten:
Lombok Timur,
Lombok Tengah dan
Lombok Barat.
Topografi
Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 m dpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.
Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat
kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat
Segara Anak
(segara= laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230
m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat
indah, mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak banyak
terdapat
ikan mas dan
mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut.
Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau
Gunung Barujari)
yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 -
2376 m dpl. Gunung kecil ini terakhir aktif/meletus sejak tanggal 2 Mei
2009 dan sepanjang Mei, setelah sebelumnya meletus pula tahun 2004.
[2][3]
Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009
ini telah memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir
bandang pada
Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak.
[4] Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994.
Selain Gunung Barujari terdapat pula kawah lain yang pernah meletus,disebut
Gunung Rombongan.
Pendakian
Gunung
Rinjani Terletak di pulau Lombok, Untuk menuju Gunung Rinjani, anda
dapat menggunakan bus langsung Jakarta-Mataram, setelah sampai di
mataram anda menuju ke desa sembalun atau bisa juga ke desa senaru
menggunakan kendaraan setempat.atau menggunakan penerbangan dari
Jakarta, Surabaya, dan Denpasar menuju ke bandara selaparang mataram -
Lombok.
Rinjani memiliki panaroma paling bagus di antara gunung-gunung di
Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta
alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam.
Suhu udara rata-rata sekitar 20 °C; terendah 12 °C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus.
Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan,
sebuah danau terletak di ketinggian 2.000m dpl. Untuk mencapai lokasi
ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua
entry point terdekat di ketinggian 600m dpl dan 1.150m dpl).
Kebanyakan pendaki memulai pendakian dari rute Sembalun dan mengakhiri
pendakian di senaru, karena bisa menghemat 700m ketinggian. Rute
Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena
melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari
langsung membakar kulit). krim penahan panas matahari sangat dianjurkan.
Dari Rute Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena
melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki
sekitar 7 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2.641m dpl (tiba di
Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan
ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru
(jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke
ketinggian 2.000 mdpl) yang bisa ditempuh dalam 2 jam. Di danau kita
bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yang banyak sekali. Penduduk
Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan utk berendam di
kolam air panas dan mancing.
Untuk mencapai puncak (dari arah danau) harus berjalan kaki mendaki
dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi
1.000m yang ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju
Plawangan Sembalun, camp terakhir untuk menunggu pagi hari. Summit
attack biasa dilakukan pada jam 3 dinihari untuk mencari momen indah -
matahari terbit di puncak Rinjani. Perjalanan menuju Puncak tergolong
lumayan; karena meniti di bibir kawah dengan margin safety yang
pas-pasan. Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus
ditempuh dengan susah payah, karena satu langkah maju diikuti setengah
langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat highlander - ini
tempat yang paling menantang dan disukai karena beratnya medan terbayar
dgn pemandangan alamnya yang indah. Gunung Agung di Bali, Gunung
Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas
saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan
alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan "passion".
Keseluruhan perjalanan dapat dicapai dalam program tiga hari dua malam,
atau jika hendak melihat dua objek lain: Gua Susu dan gunung Baru Jari
(anak gunung Rinjani dengan kawah baru di tengah danau) perlu tambahan
waktu dua hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan,
tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. Tenda,
sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yang
diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari
homestay-homestay yang menjamur di desa Senaru.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Rinjani
2. Gunung Bromo
Gunung Bromo (dari
bahasa Sansekerta/
Jawa Kuna:
Brahma, salah seorang Dewa Utama
Hindu), merupakan
gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di
Jawa Timur. Sebagai sebuah
obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni
Kabupaten Probolinggo,
Pasuruan,
Lumajang, dan
Kabupaten Malang.
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan
kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter
(utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Sejarah letusan
Selama
abad XX, gunung yang terkenal sebagai tempat
wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi
1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada
2010.
Sejarah letusan Bromo:
2011,
2010,
2004,
2001,
1995,
1984,
1983,
1980,
1972,
1956,
1955,
1950,
1948,
1940,
1939,
1935,
1930,
1929,
1928,
1922,
1921,
1915,
1916,
1910,
1909,
1907,
1908,
1907,
1906,
1907,
1896,
1893,
1890,
1888,
1886,
1887,
1886,
1885,
1886,
1885,
1877,
1867,
1868,
1866,
1865,
1865,
1860,
1859,
1858,
1858,
1857,
1856,
1844,
1843,
1843,
1835,
1830,
1830,
1829,
1825,
1822,
1823,
1820,
1815,
1804,
1775, dan
1767.
Bromo sebagai gunung suci
Bagi penduduk Bromo,
suku Tengger,
Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali
masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara
ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo
utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada
tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14
atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo
3. Gunung Gede
Gunung Gede merupakan sebuah
gunung yang berada di Pulau
Jawa,
Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup
Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun
1980. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Bogor,
Cianjur dan
Sukabumi,
dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang
106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak
gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan
curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini
adalah dari
Cibodas dan
Cipanas.
Gunung Gede diselimuti oleh
hutan pegunungan,
yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di
sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu
yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan di kawasan
Malesia.
Objek Pariwisata
Gudung Gede
maupun kawasan Taman Nasional Gede Pangrango juga merupakan objek
wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
domestik maupun internasional.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi
- Telaga Biru.
Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km
dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar
matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
- Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian
sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air
terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.
- Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
- Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan
pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan
jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
- Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi
yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini
terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah
Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak
9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
- Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
Legenda Rakyat
Sejarah
dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu
tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung
Gede. Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu
Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus. Pada saat
tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk
semedhi / bertapa maupun melakukan upacara religius. Dan gunung gede
juga di yakini sebagai tempat tinggal Eyang Sinto Gendeng saat mendidik
muridnya yang bernama
Wiro Sableng
Rute Pencapaian
Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute
Jakarta-
Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau
Bandung-
Cipanas-
Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Salabintana dengan waktu 2 jam (52 km).
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Gede
4. Gunung Kelimutu
Gunung Kelimutu adalah
gunung berapi yang terletak di
Pulau Flores, Provinsi
NTT,
Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan
Kelimutu,
Kabupaten Ende.
Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini
dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang
berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna
tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari
"keli" yang berarti gunung dan kata
"mutu"
yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat,
warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki
kekuatan alam yang sangat dahsyat.
Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan
warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau
"Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau
"Tiwu Ata Polo"
merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan
selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau
berwarna putih atau
"Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air
1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit
yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan
70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150
meter.
Sejarah
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh orang lio Van Such Telen, warga negara
Bapak Belanda Mama Lio
, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan
dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang
menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka
yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang
ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu.
Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Jenis hutan
5. Gunung Semeru
Gunung Semeru atau
Sumeru adalah
gunung berapi tertinggi di
Pulau Jawa,
dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).
Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Semeru mempunyai kawasan
hutan Dipterokarp Bukit,
hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan
Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten
Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55'
BT.
Pada tahun
1913 dan
1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November
1973.
Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran
lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di
Lumajang.
Perjalanan
Diperlukan
waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru
pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat
kota Malang atau
Lumajang.
Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang.
Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di
belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,-
hingga Pos Ranu Pani.
Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin,
dengan perincian, biaya surat izin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang,
Karcis masuk taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-
Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari
Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat
Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi
pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila
membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun
kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah
pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam
di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni
Ranu Pani (1 ha) dan
Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Setelah sampai di
gapura
"selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan
mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang
biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai
para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.
Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan
tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi
terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon
tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala.
Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga
edelweis,
lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang
sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit,
yang ditumbuhi hutan
cemara dan
pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju
Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.
Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok
pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki
pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari
terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung
belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin.
Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan
pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit
terbentang
padang rumput
yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit
dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas
dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik
Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap
wedus gembel.
Selanjutnya memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai
burung dan
kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.
Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan
tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi
hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.
Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri
pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di
Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat
tikus gunung.
Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500
meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang
rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan
cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu.
Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang
stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup
hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian
2.900m, Arcopodo adalah
wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati
bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan
perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil
berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau
di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar
pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.
Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.
Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni,
Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan
karena sering terjadi badai dan tanah longsor.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Semeru
6. Puncak Jaya
Puncak
Jaya ialah sebuah puncak yang menjadi bagian dari Barisan Sudirman
yang terdapat di provinsi Papua, Indonesia. Puncak Jaya mempunyai
ketinggian 4884 m dan di sekitarnya terdapat gletser Carstenz,
satu-satunya gletser tropika di Indonesia, yang kemungkinan besar
segera akan lenyap akibat pemanasan global.Puncak ini pernah dinamai
Poentjak Soekarno dan merupakan gunung yang tertinggi di Oceania.
Puncak Jaya adalah salah satu dari tujuh puncak dunia.
7. Gunung Halimun
Gunung
Halimun merupakan gunung yang terletak di antara Kabupaten
Bogor,Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak. Gunung dengan ketinggian
sekitar 1.925 mdpl ini dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Halimun
Salak. Di sebelah timur gunung ini terdapat Gunung Salak.
8. Gunung Batur
Gunung Batur merupakan sebuah
gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli,
Bali,
Indonesia. Terletak di barat laut
Gunung Agung, gunung ini memiliki
kaldera
berukuran 13,8 x 10 km dan merupakan salah satu yang terbesar dan
terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya
berkisar antara 1267 m - 2152 m (puncak G. Abang). Di dalam kaldera I
terbentuk kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih
kurang 7 km. Dasar kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah
dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut
terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara
yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya
sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2 yang yang dinamakan
Danau Batur. Kaldera Gunung Batur diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu
[1].
Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.
Letusan
Gunung
Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang
tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir
terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah
meletus sebanyak 26 kali
[2]
dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September
1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun
Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan
Kintamani.
Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal
sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk
menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura
yang terdapat di
Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".
Objek wisata
Kawasan Gunung Batur terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita dalam
Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari
Gunung Mahameru yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat
Hindu
dari berbagai daerah di Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih
untuk mengusir bencana hama yang menimpa ladang mereka. Dengan
menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung Batur menjadi daerah yang
subur.
Daerah yang dapat ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah
kawah,
kaldera dan
danau.
Terdapat aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang
muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap
sebagai "Tirta Suci"
Wisata budaya yang terdapat di kawasan Gunung Batur adalah
Trunyan.
Meskipun seluruh penduduk Trunyan beragama Hindu seperti umumnya
masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa Hindu Trunyan merupakan Hindu
asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara Trunyan terdapat
kuban,
sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak dikuburkan atau dibakar,
melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan upacara kematian
yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh tulang-tulang, dan
bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Batur
9. Gunung Kerinci
Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gadang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah
gunung tertinggi di
Sumatra, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar
Papua. Gunung Kerinci terletak di Pegunungan
Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan
Padang. Gunung ini dikelilingi hutan lebat
Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat
harimau sumatra dan
badak sumatra.
Kerinci masih
aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kerinci
Gunung kerinci termasuk gunung berapi yang masih aktif, dengan
ketinggian 3.805 mdpl. Gunung ini menjadi gunung tertinggi di Indonesia
di luar pegunungan Irian Jaya. Di sebelah timur terdapat danau Bento,
rawa berair jernih tertinggi di Sumatera.
Di belakangnya terdapat gunung tujuh dengan kawah yang sangat indah
yang hampir tak tersentuh. Di tengah taman terdapat celah lembah kota
sungaipenuh, perkebunan kopi, dan danau Kerinci.
Gunung ini dapat ditempuh melalui darat dari Jambi menuju Sungaipenuh
melalui Bangko. Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuk Linggau, dan
Bengkulu. Dengan pesawat terbang dapat mendarat di Padang atau Jambi.
Keindahan panorama yang natural dengan kekayaan flora dan fauna dapat
di temui mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung Kerinci, tidak
hanya untuk dinikmati tetapi sangat baik untuk melakukan penelitian dan
pendidikan. Pendakian ke puncak gunung Kerinci memakan waktu dua hari
mulai dari Pos Kersik Tuo.
Tumbuhan dataran rendah di dominasi oleh beberapa jenis mahoni,
terdapat juga tumbuhan raksasa bunga raflesia rafflesia arnoldi dan
suweg raksasa Amorphophallus titanum. Dengan taman nasional Leuser,
taman ini terhalang oleh danau toba dan ngarai Sihanok. Sehingga
beberapa binatang yang tidak terdapat di taman Leuser ada di sini
seperti tapir (Tapirus indicus) dan kus-kus (Tarsius bancanus).
Banyak terdapat binatang khas sumatera seperti gajah, badak sumatera,
harimau, beruang madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai
primata seperti siamang, gibbon, monyet ekor panjang dan Presbytis
melapophos. Terdapat juga 140 jenis burung.
Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro berada pada ketinggian 1.400 mdpl
dengan penduduk yang terdiri dari para pekerja perkebunan keturunan
jawa, sehingga bahasa setempat adalah bahasa jawa. Dari Kersik Tuo kita
menuju ke Pos penjagaan TNKS atau R10 pada ketinggian 1611 mdpi dengan
berjalan kaki sekitar 45 menit melintasi perkebunan teh.
Pondok R 10 adalah pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap
pengunjung yang akan mendaki Gunung Kerinci. Dari R10 kita menuju ke
Pintu Rimba dengan ketinggian 1800 mdpl, Jaraknya sekitar 2 km dengan
waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Medannya berupa
perkebunan/ladang penduduk, kondisi jalan baik (aspal) sampai ke batas
hutan.
Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian berada dalam batas hutan
antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk. Pintu Rimba
berada pada ketinggian 1.800 mdpl. Di sini ada lokasi shelter dan juga
lokasi air kurang lebih 200 meter sebelah kiri. Jarak tempuh ke Bangku
Panjang 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasannya agak landai memasuki
kawasan hutan heterogen.
Pos Bangku Panjang dengan ketinggian 1909 mdpl, terdapat dua buah
shelter yang dapat digunakan untuk beristirahat. Menuju Batu Lumut
medan masih landai jarak 2 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit
melintasi kawasan hutan. Pendaki dapat beristirahat di Pos Batu Lumut
yang berada di ketinggian 2.000 mdpl, namun di sini tidak ada
shelter-nya. Terdapat sungai yang kadang kala kering di musim kemarau.
Untuk menuju Pos 1 yang berjarak sekitar 2 km dari Batu Lumut kita
membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Jalur memasuki kawasan hutan yang
lebat dan terjal dengan kemiringan 45 hingga 60 derajad.
Di Pos 1 terdapat sebuah pondok yang dapat digunakan untuk beristirahat
Pos ini berada di ketinggian 2.225 mdpl. Untuk menuju Pos 2 jarak yang
harus ditempuh sekitar 3 km dengan waktu tempuh 2 jam. Di lintasan ini
kadangkala dijumpai medan yang terjal dengan kemiringan hingga 45
tetapi masih bertemu dengan medan yang landai.
Terdapat sebuah Pondok yang sudah tua di Pos 2 yang berada di
ketinggian 2.510 mdpl, di sini pendaki dapat beristirahat. Untuk menuju
Pos 3 jarak yang harus ditempuh adalah 2 km dengan waktu tempuh
sekitar 3 jam. Di lintasan ini dapat kita jumpai tumbuhan paku-pakuan
dengan kondisi hutan yang agak terbuka.
Terdapat Pondok yang sudah rusak tinggal kerangkanya di Pos 3 yang
berada di ketinggian 3.073 mdpl. Di tempat ini pendaki dapat
beristirahat dan masih nyaman untuk mendirikan tenda karena masih
terlindung oleh pepohonan. Waktu tempuh untuk menuju puncak dari pos
ini sekitar 4 jam.
Untuk menuju ke Pos 4 jarak yang harus ditempuh sekitar 1,5 km,
memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Kondisi jalur berupa bekas aliran air
sehingga akan berubah menjadi selokan bila turun hujan. Pos 4 berada
pada ketinggian 3351 mdpl tempat ini cukup lapang bisa untuk mendirikan
beberapa tenda, namun cuaca di sini sering kali tidak bersahabat.
Lintasan selanjutnya untuk menuju puncak berupa pasir, batuan cadas.
Jarak tempuh menuju puncak 2 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Di
lintasan ini pendaki perlu ekstra hati-hati.
Puncak Gunung Kerinci berada pada ketinggian 3.805 mdpl, di sini kita
dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah kota Jambi,
Padang, dan Bengkulu. Bahkan Samudera Hindia yang luas dapat terlihat
dengan jelas. Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan
berisi air yang berwarna hijau.
10. Gunung Kelud
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi
Kelut yang berarti "
sapu" dalam
bahasa Jawa; dalam
bahasa Belanda disebut
Klut,
Cloot,
Kloet, atau
Kloete) adalah sebuah
gunung berapi di Provinsi
Jawa Timur, Indonesia, yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara
Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Blitar, kira-kira 27 km sebelah timur pusat
Kota Kediri.
Aktivitas Gunung Kelud
Sejak
abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun
1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.
[1]
Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara
ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah
letusan pada tahun
1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat
meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei
[2]),
1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat
aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15
tahunan bagi letusan gunung ini.
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih
terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan
meningkatnya suhu air
danau kawah,
peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari
kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan
oleh
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km
dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung
tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelut kembali meningkat
sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan
kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul
16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal
gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat
pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih
dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali
tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjdi gejala unik yang baru terjadi
dalam sejarah Kelut dengan munculnya asap putih dari tengah danau
diikuti dengan
kubah lava
dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus
"tumbuh" hingga berukuran selebar 100m. Para ahli menganggap kubah
lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera
terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa
letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang
dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi
"siaga" (tingkat 3).
sumber:http://imamsripudin.blogspot.com/